Empat Pelajaran dari Kegiatan Berkebun atau Bercocok Tanam



Image by yassineexo from Pixabay

Empat tahun terakhir ini saya punya hobi berkebun. Bukan tanpa sebab saya menyukai hobi ini. Awalnya karena banyak waktu luang dan melihat pekarangan yang tidak terawat dengan baik akhirnya terdorong oleh keinginan mengusir kebosanan dan menikmati hasil dari kebun sendiri.

Selama itu pula saya telah menjajal berbagai teknik bercocok tanam seperti hidroponik, stek, cangkok, sambung pucuk, aquaponik, upside down, vertical gardening, raised bed, tanam buah dalam pot (tabulampot), dan polybag. Saya mengutamakan tanaman sayur, buah dan bunga. Maklumlah, saya tak punya pekarangan yang luas, jadi ingin segera menikmati hasilnya. Tanaman yang dipilih pun yang berumur pendek dan genjah (mudah tumbuh).

Selain manfaat fisik (hasil kebun), saya mendapat pelajaran-pelajaran berharga yang tidak pernah saya peroleh ketika bekerja di lapangan usaha lain. Berikut rinciannya :


1. Menjadi lebih bersyukur pada Allah


Bercocok tanam adalah usaha yang menggantungkan pada alam. Usaha manusia sebenarnya hanya sedikit yaitu pada sisi perawatan. Bahan baku bercocok tanam yaitu tanah, bibit, air, sinar matahari, semuanya disediakan alam. Itulah sebabnya menjadi pengolah tanah alias petani dan pekebun adalah orang-orang yang (seharusnya) terhindar dari kesombongan. Mereka adalah orang-orang yang bersyukur atas karunia Allah SWT.


Kita bisa membayangkan apa usaha manusia dalam menjadikan sebutir benih gabah bisa menjadi ratusan atau ribuan butir gabah dalam satu tanaman padi. Atau sebutir biji kacang panjang yang menjadi berkilo-kilo sayur kacang panjang.


Kalau misal kita berkecimpung di industri manufaktur yang padat teknologi seperti produksi mobil, barang mewah, perhiasan atau bidang konstruksi, amat mudah bagi kita untuk bangga pada kemampuan otak manusia dalam berkreasi pada penciptaan benda-benda tersebut. Tetapi tidak demikian pada bidang pertanian.


...menjadi pengolah tanah alias petani dan pekebun adalah orang-orang yang (seharusnya) terhindar dari kesombongan.




2. Sadar pentingnya bibit, lingkungan dan perawatan yang baik.


Banyak faktor yang menjadikan tanaman tumbuh dan menghasilkan sayur atau buah yang berkualitas baik. Tapi yang utama tak bisa dilepas dari tiga hal : bibit yang berkualitas baik, lingkungan media tanam optimal, dan perawatan yang maksimal. Mirip nasihat orang Jawa : bibit, bebet dan bobot.


Numpang foto di kebun orang lain.


Bibit yang baik bila ditaruh di tanah yang kurang nutrisi dan kurang terpapar matahari, maka bisa dipastikan akan tumbuh menjadi tanaman yang tidak sehat. Dalam bahasa pekebun diistilahkan sebagai kutilang alias kurus tinggi dan langsing. Begitu pula media tanam yang kaya nutrisi tapi bibitnya tidak sehat (misal terkontaminasi jamur), akan membuat tanaman cepat layu dan mati. Bahkan sebelum berbunga atau berbuah.


Analogi ini cocok dalam bidang kehidupan lain seperti memilih sekolah untuk anak, pengembangan karir, pendidikan anak dalam keluarga dan masyarakat, hingga pengembangan bisnis perusahaan. Agar tumbuh optimal, semua hal tersebut di atas memerlukan sumber daya manusia yang unggul (sehat jasmani dan rohani), dan lingkungan tempat tinggal atau lingkungan usaha yang baik (sportif, kompetitif, aman, saling mendukung). Anak yang sebenarnya pandai, pintar tetapi tumbuh dalam keluarga yang orang tuanya kerap bertengkar, dipastikan tumbuh sebagai pribadi yang galau, pemarah, pendendam dan prestasi akademiknya turun.


3. Bertani adalah mulia


Di negeri kita, profesi petani dipandang sebelah mata. Petani semestinya ditempatkan sebagai kelas sosial yang tinggi dalam masyarakat. Mereka adalah pahlawan-pahlawan sebenarnya di negeri ini, jauh sebelum bangsa ini merdeka.


Sejak dahulu petani menjadi soko guru perekonomian bangsa. Ketika krisis melanda, sektor ini nyaris tidak terkena imbasnya. Petani tetap menanam dan hasilnya dinikmati dirinya, keluarga dan masyarakat lain. Mereka bukan kaum yang menuntut insentif ekonomi, pemotongan pajak, pembebasan bea masuk, dana talangan, atau melakukan korupsi melalui akrobat pengadaan barang dan jasa. Mereka kaum yang tulus bekerja untuk diri dan keluarganya. 


Dan ketika negara ini dalam kondisi krisis ekonomi, petani di desa-desa adalah pahlawan yang menjaga rakyat dan negara ini dari kejatuhan yang lebih dalam. Sistem sosial masyarakat secara otomatis akan menopang keluarga yang sedang kesusahan ekonomi. Bertani adalah lapangan usaha yang tidak membutuhkan gelar dan kualifikasi apapun. Tidak juga latar belakang etnik, pendidikan,  golongan, agama, atau pandangan politik. Semua orang bisa masuk ke bidang ini.


4. Mengajarkan untuk Menjadi Pribadi Bermanfaat


Berkebun atau bertani terkadang tidak harus mengenyam pendidikan sekolah atau pendidikan formal. Cukup modal cangkul dan bersedia bergaul dengan tanah, dia bisa jadi petani. Seiring berjalan waktu, petani akan paham tentang siklus kehidupan : biji - tunas - bibit - tumbuh - berbunga - berbuah - mati - hancur menjadi pupuk tanaman.


Siklus ini mengajarkan bahwa siapapun kita juga suatu saat akan mati dan menjadi pupuk buat masyarakat/keluarga kita. Pupuk itu bisa bermanfaat karena memberi nutrisi yang dibutuhkan tanaman lain atau justru membawa bahan berbahaya karena saat hidup dirawat dengan pestisida atau bahan kimia lain. Residu bahan kimia ini akan mempengaruhi tumbuh dan berkembangan tanaman di sekitarnya.

Manusia juga demikian. Saat kita mati, warisan yang kita tinggalkan akan berpengaruh pada anak cucu dan masyarakat. Orang yang semasa hidupnya kerap menciptakan masalah sosial, pasti setelah meninggal juga menyebabkan masalah bagi keluarga dan masyarakat. Baik itu berupa hutang piutang, dendam, atau metode atau ajaran pendidikan yang beracun.


Dengan menjadi petani, kita bisa terus menerus diingatkan tentang peran kita dalam hidup. Juga manfaat dan mudharat apa yang kita tinggalkan setelah kita meninggal kelak. Dalam bahasa sederhana, menjadi petani adalah pekerjaan mulia, sarat ilmu dan filosofi hidup, mendekatkan kepada Sang Maha Pencipta, dan pastinya keren.(*)

Post a Comment

Budayakan komentar dengan bahasa yang sopan.Spam akan dihapus dan diblokir.

Lebih baru Lebih lama